PENDAHULUAN
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang
bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun
terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Indonesia merupakan
negara yang memiliki begitu banyak keanekaragaman tanaman anggrek. Di negeri
ini, terdapat sekitar 6.000 dari 35.000 spesies yang tersebar di seluruh
belahan dunia. Namun, tanaman anggrek di Indonesia kurang mendapat perhatian
yang cukup serius.
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah
melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal
sebagai revolusi gen, diantaranya adalah munculnya berbagai macam tanaman
transgeni misalnya anggrek transgenik. Hadirnya bidang Florikultur,
(Floriculture) merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya
bunga tidak menutup kemungkinan berbagai variasi anggrek baru yang akan
menambah keanekaragaman hayati di Indonesia. Tanaman transgenik bukan hal baru
lagi dalam dunia bioteknologi, ditambah lagi dengan ditemukanya bakteri A.
tumefaciens yang banyak digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel
tanaman untuk menghasilkan suatu tanaman transgenik, yang mempermudah para ilmuan dan peneliti
menghasilkan tanaman-tanaman baru yang lebih unggul.
Rekayasa
Genetika (Genetic Engineering)
Ilmu bioteknologi secara drastis berkembang sejak mulai
ditemukannya struktur helik ganda DNA dan teknologi DNA rekombinan di awal
tahun 1950-an. Ilmu pengetahuan telah sampai pada suatu titik yang memungkinkan
orang untuk memanipulasi suatu organisme di taraf seluler dan taraf molekuler. Bioteknologi mampu melakukan
perbaikan galur dengan cepat dan dapat diprediksi, juga dapat merancang galur
dengan bahan genetika tambahan yang tidak pernah ada pada galur asalnya.
Memanipulasi organisme hidup untuk kepentingan manusia bukan merupakan hal yang
baru untuk ditelusuri dan dipelajari.
Bioteknologi molekuler menawarkan sebuah cara baru
untuk memanipulasi organisme yang hidup. Perkembangan ilmu teknologi mutakhir
diiringi dengan perkembangan dibidang biokimia dan pada bidang biologi
molekuler melahirkan teknologi enzim dan rekayasa genetika. Rekayasa genetika
menandai dimulainya era bioteknologi modern. Rekayasa genetika dalam arti paling
luas adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan
pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi
dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula
dimasukkan. Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat
dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik biologi molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan
tertentu.
Bidang
Penerapan Rekayasa Genetika (Genetic Engineering)
Secara tradisional, pemuliaan tanaman, dan rekayasa genetika
sebenarnya telah dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan
perbaikan tanaman. Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman
dengan tujuan tanaman tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan
terhadap penyakit. Selama puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, para petani
dan para pemulia tanaman telah berhasil memuliakan tanaman padi, jagung, dan
tebu, sehingga tanaman-tanaman tersebut mempunyai daya hasil tinggi dan
memiliki kualitas panen yang lebih baik. Tidak seperti halnya pemuliaan
tanaman secara tradisional yang menggabungkan seluruh komponen materi genetika
dari dua tanaman yang disilangkan, teknik rekayasa genetika memungkinkan
pemindahan satu atau beberapa gen yang dikehendaki dari satu tanaman ke tanaman
lain.
Keunggulan rekayasa genetika mampu memindahkan materi
genetika dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol
dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah
berhasil dikembangkan tanaman yang tahan terhadap organisme pengganggu seperti
serangga, penyakit dan gulma yang sangat merugikan tanaman. Teknologi DNA rekombinan atau
rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang
kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut
berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik
(OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan genetically modified
organism (GMO).
Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan
bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk
yang dihasilkan oleh organisme transgenik. Dewasa ini cukup banyak organisme
transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas.
Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Berikut beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan
produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
1. Pertanian
2. Perkebunan hutan dan Florikultur
3. Kesehatan
4. Lingkungan
5. Industri
Tanaman Anggrek
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang
mempunyai bunga-bunga yang indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun
lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Suku
anggrek-anggrekan atau nama (Orchidaceae) merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak.
Jenis-jenisnya tersebar luas dari daerah tropika basah hingga wilayah sirkumpolar,
meskipun demikian sebagian besar anggotanya ditemukan di daerah tropika.
Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah
tropika. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan
membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung
tebal dan “berdaging” (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan
ketersediaan air. Anggrek epifit dapat hidup dari embun dan udara lembap.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman
tanaman anggrek cukup banyak. Di negeri ini, terdapat sekitar 6.000 dari 35.000
spesies yang tersebar di seluruh belahan dunia. Namun, tanaman anggrek di
Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup serius, terutama dapat dilihat
dalam hal pelestariannya (konsevasinya). Keanekaragaman jenis anggrek tropis
cukup banyak ditemukan di berbagai pulau, namun sangat disayangkan, usaha
pelestarian terhadap tanaman yang ditetapkan sebagai puspa pesona nusantara ini
masih sangat rendah.
Florikultur
Florikultur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana
cara budidaya bunga. Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura
dan tumbuhan atau tanaman untuk kebun, bunga segar untuk industri potong-Bunga
dan dalam pot untuk digunakan dalam ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga
dan budidaya tanaman dan di Floristry dengan menggunakan teknik
biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta berbagai produksi hasil
tanaman. Florikultur selalu mencari hal-hal
baru bagaimana cara menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik
dan meningkatkan kemampuan mereka untuk melawan dampak lingkungan.
Industri bunga sangat bergantung pada florikultur untuk
memberikan kualitas, berbagai bunga hias untuk dekorasi estetika di rumah,
kebun dan buket-buket bunga. Petani bunga juga mengembangkan varietas tanaman
baru dengan berlatih dalam berbagai bidang pemuliaan tanaman. Saat ini Indonesia mengekspor bunga
potong senilai kurang dari $5 juta per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia
Negara ke- 33 terbesar dalam ekspor bunga potong, dengan pangsa pasar dunia
sebesar 07%. Lusinan operasi florikultur memiliki ukuran ekonomi yang efisien,
dan menarik sebagian investasi asing, mengekspor cemara, krisan potong,
anggrek, biji untuk tahunan dan musiman dan bunga kering dari Indonesia. Sering
kali para investasi asing merupakan perusahaan outsourcing produksi perusahaan
ebsar di Amerika Serikat, Belanda, Swiss, Jepang, Korea, dan seterusnya.
Tanaman
Transgenik
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,
misalnya pembuatan tanaman yang tahan akan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu
tanaman,
serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.
Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman atau perbaikan kualitas/sifat
tanaman telah dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai di
Mesopotamia. Secara konvensional, pemuliaan
tanaman yang dilakukan dengan memanfaatkan proses seleksi dan persilangan tanaman. Kedua proses tersebut
memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu karena
bergantung dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil pemuliaan tanaman secara konvensional adalah durian
montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan manusia
telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian
dengan sifat unggul seperti durian montong.
Proses pembuatan suatu tanaman transgenik, pertama-tama yang
harus dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat
tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah itu gen yang diinginkan
didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke
dalam vektor kloning yang merupakan agen pembawa DNA,
contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer
gen). Setelah itu, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA
dapat diperbanyak seiring dengan kecepatan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan
transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian
tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan
listrik.
Metode
yang dilakukan dalam pembuatan tanaman transgenik:
1.
Metode senjata gen atau dengan kata lain disebut dengan
penembakan (mikro-proyektil) Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukan ini digunakan
senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel
tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam
sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan
aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama proses
penembakan berlangsung.
2.
Metode transformasi yang dilakukan atau diperantara oleh Agrobacterium
tumefaciens. Bakteri A. tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat
virulensi yanmenyebabkan penyakit tanaman tertentu. Kemudian gen asing yang
ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti- yang kemudian selanjutnya, A.
tumefaciens yang secara langsung dapat memindahkan gen yang berada
pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) sebuah tanaman. Setelah DNA
asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang
diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
- Metode elektroporasi. Pada
metode ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing
harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi
kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori
membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA dari kromosom tanaman. Pada tahapan
selanjutnya dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.
Agrobacterium
tumefaciens
Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri
patogen
pada tanaman yang banyak digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel
tanaman untuk menghasilkan suatu tanaman transgenik. Secara alami, A. tumefaciens
dapat menginfeksi tanaman dikotiledon melalui bagian tanaman yang terluka
sehingga menyebabkan tumor mahkota empedu (crown
gall tumor). Bakteri yang tergolong ke dalam gram negatif ini memiliki sebuah plasmid besar yang disebut plasmid-Ti yang berisi gen penyandi faktor
virulensi
penyebab infeksi
bakteri ini pada tanaman.Untuk memulai
pembentukan tumor.
Agrobacterium tumefaciens harus menempel terlebih dahulu pada
permukaan sel inangnya dengan cara memanfaatkan polisakarida asam yang akan digunakan dalam
sebuah proses mengkoloniasi atau penguasaan sel tanaman. Selain pada tanaman
dikotiledon dan monokotiledon seperti jagung, gandum, dan tebu telah digunakan untuk memasukkan
sel asing ke dalam genom tanaman tersebut. Agrobacterium tumefaciens
adalah bakteri patogen pada tanaman yang banyak digunakan untuk memasukkan gen
asing ke dalam sel tanaman untuk menghasilkan suatu tanaman transgenik.
Tahapan Pembudidayaan Anggrek Transgenik
Melalui Agrobacterium tumefaciens Dengan Teknik DNA Rekombinan
Dalam transformai genetik, tahap awal yang dilakukan adalah
melakukan kultur in vitro pada tanaman anggrek untuk pengupayaan
penyediaan PLB sebagai target transformasi gen. Proses transformasi genetik
melalui Agrobacterium tumefaciens EHA 105 cukup dilaksanakan dalam waktu
2 hari. Hal ini disebabkan semakin lama waktu ko kultivasi yang dilakukan
akan semakin memacu dan meningkatkan perkembangan populasi A.
tunefacuiens yang semakin tinggi, sehingga hal ini akan mengganggu tahapan
mematikan bakteri dalam proses transformasi tersebut.
Bahan kimia yang diperlukan antara lain : bahan untuk
sterilisasi (etanol, spiritus, dll), media kultur in vitro anggrek
(Media Vacin and Went modifikasi Lin), media ko kultivasi (Media AB + 100 µM
acetocyringone), bahan pencuci Agrobacterium (400 mg/l antibiotik
cefotaxime), media antibiotik I (Media Vacin and Went modifikasi Lin + 250 mg/
Cefotaxime), media antibiotik II (Media Vacin and Went modifikasi Lin + 100
mg/l Cefotaxime), media regenerasi (Media Vacin and Went modifikasi Lin), serta
bahan-bahan uji Gus berdasarkan metode Rueb dan Hensgens (1989) antara lain
X-gluc, triton X, NaHPO4, dll. Peralatan yang dipergunakan meliputi peralatan
kultur in vitro, shaker inkubator, alat-alat gelas, laminar air flow
cabinet, analitical balance, autoclave, hot plate,
spektrometer, micro centrifuge ,mikroskop, gusassay plate, microwave,
aluminium foil, parafilm, dll.
Dalam kultur in vitro anggrek, proses induksi protochorm
likes bodies dipergunakan media Vacint and Went modifikasi Lin dengan
penambahan air kelapa, gula 30 gram dan agar 8 gram untuk setiap liter media.
Media dituangkan ke dalam botol kultur masing-masing 10 ml dan untuk
selanjutnya melalui proses disterilisasi. Kultur dipelihara di ruang
kultur dengan temperatur 25±3°C. Setelah PLB cukup besar maka dilakukan sub
kultur terhadap PLB yang telah tumbuh pada media baru yang komposisinya sama
dengan media induksi PLB tersebut. Untuk botol kultur dengan media padat
diletak pada rak dan untuk media cair diletakan pada shaker.
Untuk persiapan proses transformasi, A. tumefaciens EHA
105 (yang membawa pCambia 1303) dikulturkan di media AB padat (Chilton et
al. 1974) dengan penambahan antibiotik kanamisin dan rifampisin. Biakan
tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 2 malam.
Dalam proses ko-kultivasi, sejumlah koloni bakteri yang telah tumbuh
diambil menggunakan spatula dan disuspensikan dalam media AB cair tanpa
antibiotik. Setelah proses ko-kultivasi kalus dicuci dengan 400 mg/l
cefotaxime. Sebagian kalus diambil untuk uji Gus berdasarkan metode Rueb dan
Hensgens (1989). Kemudian kalus yang telah dicuci ditumbuhkan pada media
antibiotik I (Media Vacin and Went modifikasi Lin yang ditambah
antibiotik Cefotaxime 250 mg/l). Inkubasi dalam media antibiotik pertama
dilakukan pada suhu 250 - 260C diruang gelap selama 2
minggu. Kalus yang hidup dari media atibiotik pertama selanjutnya
dikulturkan lagi pada media antibiotik kedua (Media Vacin and Went
modifikasi Lin yang ditambah antibiotik Cefotaxime 100 mg/l), dan kultur
diinkubasi kembali pada suhu 250 - 260C di ruang
gelap selama 2 minggu.
Transformasi gentik yang dilakukan melalui perantaraan
A. tumefaciens. Semakin lama waktu ko kultivasi akan semakin
meningkatkan jumlah PLB kontaminasi A. tumefaciens setelah proses
pencucian PLB. Waktu ko-kultivasi selama 2 hari menghasilkan julah PLB positif
GUS mencapai 100% dan tidak berbeda dengan waktu ko kultivasi 3 hari. Disamping
itu, dalam perlakuan waktu ko kultivasi 2 hari ekspresi gen hasil uji GUS sudah
cukup merata di permukaan PLB target transformasi. Waktu ko kultivasi selama 2
hari menghasilkan jumlah PLB hidup di media antibiotik.
Pembudidayaan
Anggrek Transgenik Melalui Agrobacterium tumefaciens Dengan Teknik
DNA Rekombinan
Secara alami, proses rekombinasi dapat terjadi sehingga
memungkinkan suatu gen dapat berpindah dari satu organisme ke organisme lain.
Persitiwa tersebut biasanya terjadi diantara organisme yang memiliki
kekerabatan yang dekat. Dengan kemajuan teknologi molekuler, perpindahan gen
dapat terjadi meskipun antara organisme yang tidak memiliki hubungan
kekerabatan. Untuk membuat DNA rekombinan digunakan dua macam enzim yaitu
enzim restriksi yang berfungsi memotong molekul DNA dan enzim ligase yang
berfungsi menggabungkan molekul DNA. Biasanya DNA rekombinan merupakan gabungan
antara DNA vektor dan DNA asing yang merupakan gen target. Selanjutnya adalah
memasukkan DNA vektor yang telah mengandung DNA asing ke dalam sel bakteri.
Proses masuknya DNA rekombinan ke sel bakteri disebut transformasi, dan proses
ini dapat menyebabkan fenotip sel bakteri mengalami perubahan.
Keberhasilan proses transformasi gen melalui Agrobacterium
tumefaciens sangat ditentukan oleh berbagai hal antara lain kesesuaian
antara strain Agrobacterium tumefaciens dengan jenis tanaman dan plasmid
vektor yang dipergunakan, adanya kerapatan sel A. tumefaciens yang
digunakan pada saat proses tranformasi genetik, lama waktu ko-kultivasi,
tingkat kemasaman media, kondisi kultur in vitro dan sebagainya. Disamping itu pemanfaatan A.
tumefaciens pada proses transformasi genetik jenis tanaman monokotil masih
memerlukan berbagai jalan penyesuaian dalam upaya meningkatkan efisiensi
transformasi. Hal ini disebabkan secara alami bakteri patogen tanah tersebut
hanya menginfeksi tanaman dikotil dengan cara mengintroduksi T-DNA dari plasmid
Ti bakteri ke dalam inti sel tanaman.
Belarmino dan Mii (2000) telah melaporkan penelitian
keberhasilannya mendapatkanplanlet transgenik tanaman anggrek Phalaenopsis
melalui proses transformasi pada sel-sel dalam kultur suspensi tanaman anggrek
Phalaenopsis menggunakan perantara Agrobacterium tumefaciens LBA4404
(pTOK233) dan EHA 101 (pIG121Hm) yang membawa gen-gen β-glucuronidase
serta gen yang memilki ketahanan terhadap antibiotik higromisin.Metode
transformasi melalui bantuan Agrobacterium lebih banyak
dipergunakan pada tanaman dikotil, namun pemanfaatannya pada berbagai
tanaman monokotil masih memerlukan penyesuaian (Walden dan Wingender 1995).
Salah satu hal penting dalam keberhasilan menggunakan metode
transformasi melalui Agrobacterium tumefaciens adalah spesifikasi vektor
yang digunakan. Efisiensi transformasi melalui Agrobacterium tumefaciens
sangat dipengaruhi pula oleh kesesuaian antara strain Agrobacterium
dengan jenis maupun varietas tanaman. Kemampuan Agrobacterium untuk
menjadi “genetik enginer” alami telah melakukan trasformasi pada sel
tanaman tersebut berhubungan dengan adanya plasmid penginduksi tumor. Akan
tetapi untuk pemakaian A. tumefaciens seringkali diperlukan berbagai
penyesuaian terhadap tanaman monokotil maupun pada beberapa kelompok tanaman
yang rekalsitran. Sheng dan Citovcky (1996) menyatakan Agrobacterium
memiliki tiga komponen genetik yang dipergunakan untuk menginfeksi tanaman.
- Komponen pertama adalah T-DNA
yaitu fragmen yang ditransfer ke sel tanaman dan terletak di plasmid Ti
dari Agrobacterium.
- Komponen kedua adalah virulence
(vir) region, dimana gen vir berekspresi jika terdapat inducer
yang berupa senyawa monosiklik fenolik seperti asetosyringone serta
beberapa gugusmonosakharida seperti glukosa dan galaktosa.
- Komponen ketiga adalah chromosomal
virulence (chv) yang terletak di kromosom Agrobacterium tumefaciens
yang berfungsi sebagai pelekatan bakteri ke dalam sel tanaman-tanaman
dengan membentuk senyawa protein b -1,2 glukan.
Keuntungan transformasi genetik melalui Agrobacterium
pada tanaman adalah jumlah salinan gen yang relatif sedikit dalam kromosom
sehingga mengurangi kemungkinan terganggunya fungsi gen lain, mampu mentransfer
segmen DNA yang relatif besar serta menghasilkan tanaman transgenik dengan
fertilitas tinggi.
KESIMPULAN
Keanekaragaman jenis anggrek tropis cukup banyak ditemukan
di berbagai pulau di Indonesia, namun sangat disayangkan, usaha pelestarian
terhadap tanaman yang ditetapkan sebagai puspa pesona nusantara ini masih
sangat rendah. Setelah ditemukanya tanaman transgenik dengan menggunakan telnik DNA rekombinan dengan
menggunakan metode transformasi genetika melalui Agrobacterium tumefaciens dihasilkan
varietas baru dengan fertilitas tinggi. Disamping itu teknik transformasi
melalui Agrobacterium tumefaciens relatif lebih sederhana, dalam
beberapa kasus lebih efisien dan lebih ekonomis dibandingkan teknik protoplas
dan penembakan DNA.
DAFTAR
PUSTAKA
Belarmino MM. and Mii M.
2000. Agrobacterium mediated genetic transformation of a
phalaenopsis orchid. Plant Cell Report 19:435-442
Ika. 2010.
Konservasi Anggrek di Indonesia Masih Minim. http://biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com
content&view-article%id=303:konservasi-anggrek-di-indonesia-masih-mnim&catid=64:berita
(Diakses pada tanggal 06 Januari 2012).
Kimbal,
John W. 1989. Biologi . Edisi kelima cetakan kedua. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Maftuchah. 2009 . Transformasi Anggrek Dendrobium
dengan gen gus-a Melalui Perantaraan agrobacterium tumefaciens. https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:4OXiEcPfbpsJ:ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/71/71+TRANSFORMASI+ANGGREK+DENDROBIUM+DENGAN+GEN+gus-A+MELALUI+PERANTARAAN+Agrobacterium+tumefaciens (Diakses pada tanggal 10 Januari
2012).
Sheng J. and Citovsky V.
1996. Agrobacterium - plant cell DNA transport : have virulence
proteins will travel. The Plant Cell 8 : 1699-1710
Shvoong. 2004. Pembuatan Tanaman
Transgenik. http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2046313-pembuatan-tanaman-transgenik/ (diakses pada tanggal 06 januari
2012)
Suprayanto.
2010. Rekayasa Genetika (Genetic
Engeneering). http:drsuparyanto.blogspot.com/2010/01/rekayasa-genetik.html
(Diakses pada tanggal 19 Desember 2011).
Walden R and Wingender R. 1995. Gene
transfer and plants regeneration techniques. Trends in Biotechnology.
Elsevier Trends Journal, Cambridge. 13(9) : 324. Shvoong. 2004. Pembuatan
Tanaman Transgenik. http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2046313-pembuatan-tanaman-transgenik/ (diakses pada tanggal 06 januari
2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar